BERITA UNIK

8 Fakta Gempa Maluku, Peringatan Telat hingga Sejarah Tsunami

8 Fakta Gempa Maluku, Peringatan Telat hingga Sejarah Tsunami

BMKG beberkan sejumlah fakta gempa Maluku mulai dari alasan peringatan telat hingga sejarah tsunami di kawasan itu.

Situs Judi Online Terpercaya – Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan gempa bumi diikuti dengan tsunami terjadi di Maluku Tengah, Maluku, pada Rabu (16/6).

Namun, peringatan tsunami datang terlambat setelah warga sempat melihat air surut di pantai dan cepat-cepat mengungsi ke dataran yang lebih tinggi.
BMKG lantas beri penjelasan soal keterlambatan peringatan tsunami tersebut lantaran keterbatasan teknologi dan peringatan dini tsunami yang terjadi akibat longsoran bawah laut.

“Masyarakat diminta menggunakan kearifan lokal, yaitu apabila merasakan gempa dan berada di pantai maka segera tanpa menunggu peringatan dini atau sirine segera lari ke tempat yang lebih tinggi,” ujar KepalaBMKGDwikorita Karnawati dalam acara virtual, Rabu (16/6).

Berikut fakta terkait dengan gempa di Maluku Tengah:

1. Dipicu sesar

Kepala bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menyatakan gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal yang dipicu aktifitas sesar aktif yang diduga berasosiasi dengan Zona Sesar Kawa.

Hasil analisis mekanisme sumber gempa menunjukkan mekanisme pergerakan sesar turun (normal fault).

2. Magnitudo 6

Gempa yang mengguncang Maluku Tengah dan sekitarnya memiliki magnitudo 6,0. Episenter gempa terletak di laut pada jarak 69 km arah tenggara Kota Masohi, Maluku Tengah, dengan kedalaman hiposenter 19 km.

Hasil monitoring BMKG telah terjadinya 16 (enam belas) gempabumi susulan (aftershock) dengan magnitudo berkisar antara 1,9 – 3,7 hingga Rabu (16/6), pukul 16.00 WIB.

3. Guncangan cukup kuat

Daryono menyampaikan guncangan gempa dirasakan cukup kuat di Tehoru, Masohi, Bula, Kairatu, Saparua, Wahai dalam skala intensitas III-IV MMI. Sedangkan di Pulau Ambon guncangan dirasakan dalam skala intensitas II-III MMI.

Gempa menyebabkan dampak kerusakan ringan pada beberapa bangunan di Kecamatan Tehoru, seperti kerusakan pagar Gereja Sounulu di Kecamatan Tehoru dan beberapa rumah warga mengalami retak.

4. Sebabkan tsunami

Daryono membeberkan hasil observasi tinggi muka air laut menunjukkan ada kenaikan dan terjadi tsunami kecil. Padahal, hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami. Tsunami itu diduga kuat berkaitan longsoran bawah laut yang dipicu gempa.

Stasiun Tide Gauge di Tehoru yang diperasikan Badan Informasi Geospasial mencatat ketinggian tsunami sekitar 50 cm pada pukul 11.47 WIB (4 menit setelah gempa). Kejadian tsunami kecil juga terekam di Stasiun Tide Gauge di Banda (BIG) dengan ketinggian maksimum 7 cm pada pukul 12.02 WIB (19 menit setelah gempa).

5. Alasan peringatan tsunami telat

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyatakan alasan pihaknya baru memberi informasi potensi tsunami setelah satu jam lebih memberi informasi gempa Magnitudo 6,0 di kedalaman 19 kilometer di Maluku Tengah .

Menurut Dwikorita,hal itu lantaran BMKG melihat gempa tersebut sebagai gempa tektonik yangtidak berpotensi tsunami lantaran kekuatan gempa masih 6 Mw dan posisinya di perbatasan laut dengan pantai.

“Jadi secara tektonik tidak berpotensi tsunami,” ujar Dwikora dalam acara virtual, Rabu (16/6).

Namun, berdasarkan hasil observasi tinggi muka air laut di stasiun Badan Informasi Geospasialdi Tehoru menunjukkan ada kenaikan permukaan air laut setinggi setengah meter usai gempa.

Hal inilah yang kemudian memicu munculnya peringatan kedua soal potensi tsunami yang dikeluarkan sekitar 1 jam setelah peringatan pertama.

“Ini diperkirakan akibat dari adanya longsor tebing bawah laut,” ucap Dwikorita.

Dwikora menuturkan sistem peringatan dini tsunami BMKG saat ini masih berdasarkan gempa tektonik. Sehingga, pihaknya tidak dapat memberikan peringatan dini tsunami yang berasal dari longsor bawah laut.

Tsunami akibat longsor bawah laut menurutnya terjadi sangat cepat hanya 2 menit, sehingga BMKG atau negara maju belum mampu mendeteksi tsunami secepat itu. Terlebih, tsunami yang terjadi bukan akibat gempa tektonik.

6. Gempa serupa yang picu longsoran

Selain di Ambon, Di Indonesia tsunami yang dipicu longsoran sudah terjadi beberapa kali, seperti tsunami Selat Sunda 1883, tsunami Elpaputih 1899, tsunami Lembata 1979, tsunami Flores 1992, tsunami Palu 2018, tsunami Selat Sunda 2018 dan lain-lain.

7. Alasan Ambon kerap gempa dan tsunami

BMKG melaporkan wilayah selatan pulau Seram merupakan kawasan rawan gempa dan tsunami.

Pasalnya, Laut Banda dan pulau-pulau di sekitarnya, khususnya Provinsi Maluku merupakan wilayah yang berada di pertemuan 3 lempeng yaitu lempeng Eurasia, Pasifik dan Australia. Pertemuan lempeng-lempeng tersebut menyebabkan intensitas kejadian gempa sangat aktif dan sangat rawan.

Pulau Seram dan sekitarnya teridentifikasi memiliki pergerakan aktif sesar strike-slip sebagai akibat dari “Banda Opening” secara ekstensional. 

Sehingga, ada potensi besar gempa tektonik dalam skala besar di Pulau Seram dan sekitarnya, namun segmen-segmen yangada membentuk dilatasi sebagai media pelepasan energinya. Kondisi ini menyebabkan wilayah tersebut tak pernah sepi akan kejadian gempabumi.

8. Sejarah gempa tsunami di Ambon

Wilayah itu sudah terjadi gempa dan tsunami destruktif, seperti gempa dan tsunami Ambon-Seram tahun 1674 yang menyebabkan 2.243 orang meninggal.

Kemudian gempa dan tsunami Elpaputih 1899 menyebabkan 4.000 orang meninggal. Lalu gempa dan tsunami merusak di Ambon 1950. Terakhir gempa Ambon 2019 menyebabkan 31 orang meninggal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *